Kalau bicara soal UFO dan alien, mungkin banyak yang berpikir bahwa hal ini hanya urusan sci-fi saja. Namun menurut Avi Loeb, profesor Harvard yang pernah mengepalai departemen Astronomi, soal alien dan extra-terrestrial civilization (ETC) bukanlah mengada-ada. Di buku terbarunya “Interstellar”, Loeb mengajukan argumen-argumen mengapa saat ini adalah masa yang sangat penting bagi peradaban manusia, dan karenanya perlu mempersiapkan diri meloncat menjadi bagian dari peradaban interstellar.
Interstellar: The Search for Extraterrestrial Life and Our Future in the Stars
Avi Loeb
Mariner Books (2023)
256 hal
Abraham (Avi) Loeb adalah fisikawan teori yang fokusnya di bidang astrofisika dan kosmologi. Sebelum mengepalai departemen Astronomi di Harvard, ia juga sempat menjadi anggota Institute of Advanced Studies (IAS) Princeton.
Sebelum menulis buku Interstellar, Loeb sudah menulis beberapa buku populer tentang kosmologi dan kehidupan lain di kosmos, termasuk buku Extraterrestrial: The First Sign of Intelligent Life Beyond Earth (2021). Hmm mungkin harusnya saya baca buku yang itu dulu ya, tapi sepertinya isinya dibahas lagi di buku Interstellar.
Buku ini terbagi menjadi 2 bagian besar: bagian pertama membahas situasi dan kondisi peradaban manusia pada saat ini, ada di mana dalam tingkatan peradaban kosmos, dan tanda-tanda apa saja yang sudah ditemukan oleh ilmuwan (dan militer Amerika) akan adanya benda-benda yang datang dari luar tata surya, dan apa yang sudah dan harus dilakukan terhadap temuan-temuan itu.
Bagian kedua membahas konsekuensi dari temuan tersebut bagi masa depan peradaban manusia di Bumi.
Topik UFO dan alien memang topik misterius, kontroversial, dan seringkali berselubung teori-teori konspirasi. Ditambah lagi dengan sikap militer dan pemerintah yang menyembunyikan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut, konon untuk alasan keamanan. Ini menyebabkan adanya stigma negatif bagi mereka yang mencoba bersuara tentang hal itu. Namun pada tahun 2022, pemerintah Amerika Serikat melalui laporan Pentagon, mengakui eksistensi UFO (yang sekarang disebut dengan UAP, atau Unidentified Aerial Phenomena).
Di buku ini saya menangkap kejengkelan pak Loeb yang sepertinya sering mendapat komentar miring karena fokusnya pada topik extraterrestrial. Para pengritiknya bilang “Ke manapun prof Loeb melihat, yang dilihatnya adalah peninggalan alien”. Haha, mungkin kayak Giorgio Tsoukalos yang di acara Ancient Aliens ya? Padahal, kata Loeb, memang justru tugas seorang ilmuwan lah untuk mengubah suatu fenomena ‘unexplained’ menjadi ‘explained’, memecahkan suatu misteri sehingga tidak lagi misterius. Bagaimana? Dengan mengumpulkan data, menganalisa, membentuk hipotesis, mengujinya, dan seterusnya. Karena itu, justru ilmuwan lah yang harus serius ‘ngurusin’ UFO, bukan militer, apalagi orang awam.
“Tugas militer memang mengasumsikan fenomena asing sebagai ancaman, tapi tugas ilmuwan sebaliknya. Our job is to assume nothing!”
Menurut Loeb, sebenarnya kalau mengamati kosmos, adalah wajar saja kalau di luar sana ada peradaban makhluk cerdas lain. Dibanding seisi kosmos, Tata Surya kita ini masih terbilang sangat muda, dan peradaban manusia bisa dibilang ‘masih balita’. Puncak terbentuknya bintang-bintang di semesta adalah 10 milyar tahun yang lalu, sementara Matahari umurnya belum 5 milyar. Masuk akal saja kalau sebelum peradaban di Bumi, sudah ada ‘kakak-kakak’ manusia di luar sana. Dan mencari ‘mereka’ akan membawa kebaikan bagi kita, karena sebagai peradaban yang lebih tua, bisa jadi mereka punya pengetahuan dan kebijaksanaan yang lebih luas dan lebih tinggi, bahkan sudah menguasai ilmu fisika yang jauh lebih canggih, kepada siapa manusia bisa belajar dan terbantu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang sampai sekarang pun masih belum terjawab. Misalnya, apa itu dark matter? Apa isi black hole? Apa yang terjadi sebelum Big Bang? Bagaimana seharusnya penghuni suatu planet memperlakukan sesamanya? Dan lain-lain sebagainya.
Menurut Loeb, saat ini manusia baru mencapai peradaban kelas-D, yaitu peradaban yang masih fokus ke tujuan sempit dan egois dan mengorbankan kelangsungan hidup jangka panjang planet dan isinya (ah, bener juga ya. Masih mementingkan masing2 golongan, perang sana perang sini, krisis iklim global yang mengancam seluruh bumi aja ga diurus).
Peradaban kelas-C dapat menciptakan kondisi layak huni bagi planetnya tanpa bergantung pada bintang induknya. Peradaban kelas-B, dapat menyesuaikan kondisi layak huni tanpa bergantung pada bintang induk DAN planetnya sendiri (bisa bikin semacam Noah’s Ark level kosmos). Sementara peradaban kelas-A bisa menciptakan kosmos baru (jadi inget buku A Big Bang In A Little Room ya?)
“Peradaban kita yang masih seperti ini saja sudah bisa mengirim pesawat luar angkasa. Apalagi peradaban yang lebih tua, bisa jadi malah mereka lebih canggih lagi, tidak primitif seperti mesin-mesin kita. Sangat mungkin jikapun mereka sudah mengirim interstellar probe, yang mereka kirimkan itu berupa artificial intelligence, bukan biological being”
Menurut Loeb, saat ini paling tidak sudah ada 3 ‘tamu’ interstellar yang teramati dan tercatat oleh ilmuwan. Dua berupa meteorit (Interstellar Meteorite 1 & 2) dan satu lagi adalah ‘Oumuamua. Kalau membaca uraian singkat buku Extraterrestrial, sepertinya buku itu membahas tentang ‘Oumuamua, benda langit yang memasuki wilayah tata surya tahun 2017 dan dianggap sebagai asteroid. Namun menurut perhitungan Loeb, ‘Oumuamua bukanlah asteroid, melainkan sesuatu yang lain. Karena gerak ‘Oumuamua terlalu ‘santai’ untuk ukuran asteroid yang datang dari luar Tata Surya, dan bentuknya juga tidak lazim, serta tidak menyisakan residu. Loeb menduga ‘Oumuamua adalah semacam ‘drone’ pemantau. Sayangnya hasil observasi ‘Oumuamua tidak mendetail karena memang waktu itu ketemunya nggak sengaja. Tapi bagi Loeb ini sudah cukup menjadi alasan mengapa dunia sains perlu serius membuat suatu observatorium khusus mengamati benda-benda interstellar dan menyelidikinya.
Pasca temuan-temuan ini, dan setelah adanya konfirmasi dari Pentagon bahwa benar adanya fenomena-fenomena UAP/UFO tersebut, dunia sains mulai bergerak dan menganggapnya serius. Loeb mendapat dana dari swasta untuk membentuk dan mengepalai Galileo Project, yang fokus menganalisa dan mencari artefak extraterrestrial secara sistematis. Lalu NASA pun membentuk tim khusus untuk topik tersebut (kalau dari cerita di buku ini sih, usulnya juga dari Loeb).
Saat ini Galileo Project sedang berusaha mencari pecahan IM-1 di Papua New Guinea untuk dianalisa.
“Jika manusia ingin naik kelas dalam peradaban interstellar, kita harus mengubah pandangan sempit terrestrial dan bersama-sama, dengan bantuan sains, mengurai misteri kosmos untuk memperbaiki kehidupan kita juga. Kuncinya adalah determinasi. Kita mau maju, atau muter di sini-sini aja.”
Seru juga ya… selesai baca buku ini serasa mau masuk abad baru… abad Star Trek! Cocok memang diposting di akhir tahun, menyambut tahun baru.
Semangat, pak Loeb!