The Bird Way: A New Look at How Birds Talk, Work, Play, Parent, and Think
Jennifer Ackerman
Penguin Press (2020)
355 hal
Buku ini bisa dibilang ‘perpanjangan’ buku The Genius of Birds yang pertama diterbitkan tahun 2015 (versi yang saya review kemarin edisi 2016). Kalau masih ingat, “The Bird Way” adalah salah satu judul bab di buku sebelumnya.
Disebutkan bahwa pada tahun 2016 ilmuwan menemukan mengapa burung begitu cerdas: karena meskipun ukuran otaknya kecil, namun memuat lebih banyak neuron. Dengan kata lain, otaknya lebih efisien (mungkin seperti microSD card vs disket jadul).
Meskipun tidak difokuskan membahas kecerdasan burung, namun hal itu tersirat dari hal-hal spesifik yang diangkat di buku ini, yang terbagi ke dalam 5 bagian: Talk, Work, Play, Love, Parent.
Talk, bercerita tentang bagaimana burung “berbicara” dan berkomunikasi. Tidak hanya melalui kicauan, tetapi juga melalui bahasa tubuh. Kicau satu jenis burung pun punya banyak variasi yang masing-masing artinya berbeda. Malah, ada kicauan burung tertentu yang bisa berarti sangat spesifik semacam ‘ada predator di langit” yang bunyinya berbeda dengan kicauan ‘ada predator di permukaan tanah’, bahkan bisa juga mengandung informasi seberapa jauh jarak si predator dan seberapa berbahaya. Ternyata bahasa burung juga kompleks.
Work, membahas tentang bagaimana burung mencari makan. Diceritakan misalnya tentang jenis burung laut mencari makan dengan mengandalkan indera penciumannya untuk memetakan area laut. Mereka membaui udara di permukaan laut seperti kita membaca peta untuk mencari makanan. Ada juga jenis burung yang, setelah melihat manusia membakar hutan dan ternyata karenanya banyak mangsa yang keluar dari sarangnya (serangga, tikus, dll), burung tersebut ikut-ikutan mengambil kayu bakar dan membakar area baru! Ternyata ‘makhluk pengendali api’ bukan hanya manusia.
Play, bercerita tentang burung-burung yang senang bermain, terutama dari jenis kea di Selandia Baru. Rupanya di kalangan mereka ada sejenis seruan “Ayo main!” yang bisa menyetel suasana, jadi meskipun cuaca hujan dan mendung, ketika seruan itu diperdengarkan, mereka bisa tiba-tiba ‘tertawa’ dan lalu asyik bermain dan bercanda dengan sesamanya.
Love, membahas berbagai cara burung memikat pasangan dan bereproduksi. Setiap jenis burung punya cara sendiri, dan tampaknya susah sekali memikat para burung betina ini. Satu teori menarik muncul di sini : bahwa selera burung betinalah yang mendorong evolusi fisik burung jantan menjadi berbeda, lebih ‘wah’.
Parent, membahas bagaimana burung bertelur dan membesarkan anak. Ternyata ada juga jenis burung-burung parasit, yang telurnya dititipkan ke ‘keluarga’ lain, yang telurnya dibiarkan di dalam tanah (diperam oleh kehangatan tumpukan tanah dan vegetasi), dan ada juga jenis burung yang mengurus telur bersama beberapa keluarga dalam satu sarang.
Sambil membaca buku ini ada beberapa kesimpulan yang muncul di kepala saya, dan ternyata, di bab terakhir Jennifer Ackerman menutup buku ini dengan kesimpulan yang kira-kira sama:
1. Kita, manusia, banyak berasumsi (alias sok tahu) tentang makhluk lain, hanya karena pengetahuan kita kurang luas, perspektif kita terlalu sempit, atau ‘mainnya kurang jauh’. Contohnya, banyak asumsi umum tentang burung berpijak pada observasi burung di belahan bumi utara, padahal burung-burung di Australia karakternya sangat berbeda. Juga, asumsi bahwa burung betina tidak aktif dalam berbagai proses (berkicau, mencari makan) ternyata tidak benar.
2. Seringkali anggapan yang dipegang sebagai ‘benar’ oleh mainstream justru tidak akurat, dan ilmuwan yang mengangkat hipotesa berbeda kadang diejek dan ditertawakan, meskipun pada akhirnya terbukti benar.
3. Kemajuan sains dan teknologi membantu manusia semakin mengenal alam seisinya secara lebih dalam dan lebih tajam. Dengan itu kita jadi (seharusnya) bisa mengoreksi dan terus memperbarui pandangan/kepercayaan kita tentang sesuatu.
Jadi mempelajari alam itu sebetulnya membantu kita semakin mengenal dan memperbaiki diri. Tinggal manusianya, mau jadi lebih baik atau nggak?
Untuk yang suka biologi, zoologi, dan dunia perburungan, buku-buku Jennifer Ackerman tentang burung layak dikoleksi nih. Selain informatif, juga enak dibaca.
Catatan: sepertinya Jennifer Ackerman kepincut ilustrasi Eunike Nugroho deh…cover tiga buku terakhirnya (The Genius of Birds, Birds by The Shore, The Bird Way) semua hasil karya dia.
Ya abis emang bagus banget sih.
*Objek bookmark dipilih buat penyemangat mbak Ani ngerjain thesis 😁. Greater Ani, diceritakan di bab Parent, adalah jenis burung yang mengurus anak secara kolektif bersama keluarga lain dalam satu sarang.*