Saya beberapa kali nanya sama teman-teman di Indonesia, apa ada buku ilmiah populer yang bagus di sana? Jawabannya buku-buku terjemahan terus. Sapiens, A Brief History of Time, Astrofisika untuk Orang Sibuk.
Ada nggak yang bukan terjemahan? Yang asli karya penulis Indonesia?
Saya iseng buka iPusnas, penasaran nyari buku ilmiah populer lokal. Umm… buku-buku sainteknya rata-rata buku how-to, yang ditulis dingin dan datar layaknya textbook, atau buku pelajaran untuk anak. Pantas ada teman yang nanya “Buku sains yang bukan buku pelajaran itu seperti apa?”. Memang nggak kebayang dengan pilihan buku seperti ini.
Di iPusnas yang paling mendekati tipe buku yang saya maksud adalah kumpulan esai ilmiah populer dari Pusat Data Analisa Tempo. Ini mirip seperti buku seri “The Best American Science & Nature Writing” yang berbentuk kumpulan esai.
Selain itu, saya temukan buku-buku ilmiah populer lebih banyak di bidang sosial budaya atau lingkungan. Contoh bagus yang ada di iPusnas, misalnya buku Bahasa Pohon Selamatkan Bumi dari arsitek Nirwono Joga dan Yori Antar (tapi buku ini kok adanya di kategori Nonfiksi Remaja? weird).
Memang apa sih bedanya buku ilmiah populer dengan textbook? Ada 3 yang saya perhatikan:
1. Perbedaan paling prinsip adalah: dia berbentuk cerita, narasi, layaknya novel ada penokohan, setting, plot, kadang dialog. Genre seperti ini disebut narrative/creative nonfiction.
2. Judulnya simpel dan menarik, tidak teknikal.
Judul adalah hal pertama yang menarik perhatian dalam sebuah buku. Apa jadinya kalau judulnya saja nggak menarik. Nggak ada ‘appeal’ buat umum, hanya bisa menarik kalangan profesinya sendiri.
Ada dialog di film seri Numb3rs yang tepat menggambarkan hal ini, ketika buku Charlie tentang analisa matematika terhadap relasi pertemanan akhirnya terbit. Bukunya (akhirnya) berjudul “The Attraction Equation: Being Popular Is As Easy As Pi”.
“Lho,” kata Don, “bukannya dulu judulnya beda?”
“Iya,” kata Amita, “dulu judulnya “A Mathematical Analysis of Friendship Dynamics.”
Kata Charlie, “Yeah, but the publisher thought that this title had more “zazz.”
3. Sampulnya dirancang serius, seperti seriusnya sampul buku-buku novel dirancang.
Seperti alasan #2, sampul adalah hal pertama yang menarik perhatian visual pembaca. Ya kalau gambarnya stok foto pabrik, orang kerja di proyek, nggak artistik, gimana mau menarik perhatian?
Saya pikir institusi semacam ITB berpotensi menerbitkan buku-buku ilmiah populer berkualitas. Mengapa? Karena selain unggul di bidang saintek, dia juga punya jurusan senirupa (dan arsitektur, banyak yang jago desain juga kan di sana). Kenapa nggak dimanfaatkan, kerjasama antar departemen untuk menghasilkan buku ilmiah populer yang bagus, untuk menyebarkan ilmu ke awam? Tinggal cari science writernya.
Kemarin saya baca buku Dirt to Soil sampai lewat tengah malam, karena enak dibaca. Kebayang nggak, baca buku pertanian bisa betah karena seru? Ada drama-dramanya juga lah, namanya hidup. Meskipun nggak terlalu drama seperti fiksi.
Buku ini tidak benar-benar ditulis oleh Gabe Brown karena dia terlalu sibuk dengan pekerjaanya, melainkan bekerja sama dengan Courtney White, penulis dan aktivis lingkungan.
Jadi, kalau ilmuwan Indonesia mau mulai menyebarkan ilmunya lewat buku, nggak perlu menulis sendiri sebetulnya. Ilmuwan mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaannya, karenanya, bekerjasamalah dengan para penulis yang mengerti tentang ilmu yang bersangkutan.
Keterangan foto: buku-buku panduan menulis creative nonfiction, dan buku Genius of Birds dari Jennifer Ackerman, contoh buku ilmiah populer dengan judul dan desain sampul yang menarik. Saya beli just because saya suka banget sama karya-karya Eunike Nugroho, ilustrator Indonesia yang bikin ilustrasi sampulnya. Karya-karya watercolor realistic botanical art-nya keren-keren banget.