Cart

Your Cart Is Empty

Astrolinguistic: Design of a Linguistic System for interstellar Communication based on Logic

Astrolinguistic: Design of a Linguistic System for interstellar Communication based on Logic

image

Author

Ani

Published

Februari 3, 2024

*Seberapa pentingkah kedudukan logika dalam berkomunikasi?*

Astrolinguistic: Design of a Linguistic System for interstellar Communication based on Logic
Penulis: Allexander Ollongren
Penerbit: Springer, 2013

Jika ada alien di luar sana, dengan bahasa apakah kita bisa berkomunikasi dengan mereka? Para penggiat SETI (Search for Extra Terrestial Intelligence / Upaya pencarian alien cerdas) sudah lama berusaha merumuskan suatu bahasa universal yang didasari dengan logika. Kenapa logika? Karena jika ada mahluk cerdas di luar sana, mereka pasti sama-sama memahami logika, karena logika adalah ‘bahasa’ yang tercetak di alam semesta. Atau setidaknya, begitulah premis yang dipegang oleh para desainer LINCOS atau Lingua Cosmica alias Bahasa Kosmik.

Buku ini adalah buku panduan untuk menuliskan ide-ide dan pemikiran manusia biasa dalam aturan bahasa LINCOS. Jadi ini adalah buku petunjuk yang teknis banget, sama sekali bukan buku ilmiah populer. Terus kenapa pula aku paksain baca, walaupun sambil sakit mata lihat deretan kode-kode dan rumus-rumus logika LINCOS? Karena ada hal-hal yang bisa dipelajari dari upaya perumusan bahasa universal: kita bisa memahami unsur-unsur terpenting dari bahasa kita sendiri.

Unsur apa saja? Tentu saja, pertama-tama, semua bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi. Untuk bisa dipahami oleh kedua pihak, bahasa dibangun di atas dua hal: kebenaran dan logika. Untuk mencapai kebenaran, pilihan kata dan kalimat di bahasa apapun harus jelas dan memiliki struktur. Struktur bahasa terbentuk dari kata-kata yang saling terkait dalam hubungan logis. Dengan demikian, proses pertukaran informasi bisa berlangsung.

LINCOS dimulai dengan menyederhanakan bahasa berbagai bangsa di dunia untuk menggapai inti bahasa. Maka tidak ada kata-kata yang tidak berguna dalam LINCOS. Tidak ada satu kata yang merujuk pada dua hal yang berbeda. Dengan demikian, tidak ada kemungkinan untuk menuliskan ‘kalimat bersayap’ atau ‘kalimat yang terdengar canggih padahal cuma muter-muter ga karuan’. Semua jelas, rapi, dan tegas seperti rumus matematika. Makanya buku ini isinya rumus yang mirip bahasa pemrograman. Rumusnya sederhana, bacanya tidak, hihihi.

Bab-bab buku ini berisi contoh penulisan LINCOS untuk menggambarkan, misalnya, kisah Alice in Wonderland. Atau bahasa LINCOS untuk mendeskripsikan gambar. Atau menjelaskan mengenai proses manusia berkembang biak. Terus terang aku hanya sanggup baca pengantar tiap bab, ga sanggup baca petunjuk teknisnya, hihihi.

Ada satu bab yang menarik, yaitu LINCOS untuk menggambarkan musik. Tahu ga, kalau musik yang terpilih untuk jadi representasi musik manusia bumi itu ternyata gamelan jawa? Sepotong rekaman musik gamelan disertakan dalam wahana Pioner yang dilemparkan ke luar angkasa sejak tahun 1973. Kenapa gamelan yang terpilih? Menurut penulis buku ini, karena gamelan itu meliliki struktur musik yang sangat logis. Penulis sendiri adalah profesor matematika, orang Belanda, yang bertahun-tahun belajar memainkan gamelan. Terus terang aku sangat malu ketika membaca bab tentang gamelan. Dia bisa menjelaskan dengan panjang lebar aturan-aturan gamelan: tangga nada, jenis alat, dan pakem-pakemnya. Sementara aku sendiri tidak tahu apa-apa soal gamelan 😅 Menurut penulis, orkestra gamelan memiliki aturan dan pola yang sederhana, berulang, namun masih mampu memberikan variasi-variasi di sana-sini yang membuatnya hidup. Pola-pola inilah yang membuat gamelan dianggap mewakili bahasa logis untuk LINCOS.

Buku ini ditutup dengan perenungan, bahwa mungkin saja alien tidak paham LINCOS dan kita perlu cari cara lain untuk berkomunikasi. Tapi seperti yg sudah aku sebutkan tadi, perumusan LINCOS membantu kita memahami bahasa kita sendiri. Lalu aku juga berpikir, bahwa selama ini kita berusaha mencari alien dengan teknologi yang lebih canggih dari kita. Tapi mungkinkan justru kita ini yang bakalan jadi contoh bagi peradaban cerdas yang baru berevolusi di luar sana? Kalau benar bahwa kita ini bakal jadi ‘kakak tertua’ di alam semesta, setidaknya kita bakal berupaya menjaga kelakuan biar jadi contoh yang baik, kan? 😁

Long live and prosper 🙂

Join Us

Book

O Latte

Follow IG untuk membaca review kami

Join Us on Spotify

Our Location

My Place

The place I like the most

Get Direction