Dari Atomos Hingga Quark
Hans J. Wospakrik
KPG & Penerbit Universitas Atma Jaya (2005)
313 hal
Buku ini adalah salah satu buku sains populer berkualitas karya ilmuwan Indonesia. Mendiang Hans Jacobus Wospakrik (1951 – 2005) semasa hidupnya bekerja sebagai dosen di jurusan fisika ITB, dan merupakan seorang fisikawan teori serius yang tekun dan berdedikasi. Tulisan-tulisannya diterbitkan di jurnal-jurnal fisika internasional, dan pada era 80an pernah menekuni riset di bawah bimbingan Martinus Veltman, peraih Nobel Fisika tahun 1999.
Sebelum buku ini, Hans juga menulis buku populer lainnya: Berkenalan dengan Teori Kerelatifan Umum Einstein (Penerbit ITB, 1987)
Buku Dari Atomos Hingga Quark berisi sejarah perjalanan manusia, utamanya para ilmuwan, dalam rangka memahami hakikat zat. Tentunya meskipun mereka pada awalnya tidak membeda-bedakan bidang ilmu (hanya disebut ilmu alam), semakin ke sini ilmu-ilmu tersebut semakin terspesialisasi menjadi fisika dan kimia. Tetapi kesemuanya adalah buah dari upaya manusia memahami alam tempat ia hidup.
Berawal dari Yunani, para filsuf mulai merenungkan, tersusun dari apakah sebenarnya alam ini? Airkah? Atau api? Atau udara? Para filsuf jaman itu berbeda pendapat dan saling mengajukan idenya masing-masing, hingga Demokritos mencetuskan teori ‘atomos’, ialah suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi menjadi lebih kecil (dalam buku ini disebut ‘zat tak terbelahkan’).
Kisah pencarian dilanjutkan secara kronologis dan paralel di berbagai belahan bumi, mulai dari munculnya ilmu alkimia di Timur Tengah (cikal bakal ilmu kimia) yang mempelajari zat untuk tujuan mengubah logam biasa menjadi logam mulia emas dan perak. Lalu setelah Eropa bebas dari Abad Kegelapan, di sana berkembang ilmu kimia yang mempelajari zat dengan menggunakan eksperimen dan metoda ilmiah. Unsur-unsur tertentu mulai ditemukan.
Berkembangnya ilmu kelistrikan mendukung upaya pencarian unsur, karena ia bisa digunakan untuk menguraikan senyawa kimia dan memunculkan unsur-unsur yang sebelumnya belum diketahui.
Selanjutnya ilmu fisika dan kimia abad 19 dan 20 terus berkembang pesat, semakin lama ilmuwan semakin paham hakikat zat yang menyusun semesta. Dari ‘atomos’ yang hanya berupa ‘thought experiment’ para filsuf, hingga ditemukannya atom, inti atom, dan partikel-partikel elementer penyusun inti atom, termasuk di dalamnya adalah quark.
Apakah quark adalah atomos yang sebenarnya? Apakah kita telah mencapai akhir perjalanan panjang dalam usaha menyingkap hakikat zat?
“Sejarah masa depanlah yang akan menjawabnya,” tulis Hans menutup buku ini.
***
Sedikit catatan pribadi ketika membaca buku ini:
1. Mungkin karena tinggal di Amerika, saya terlalu terbiasa membaca buku ilmiah populer berbahasa Inggris, di mana kata-kata yang dipakai dalam bahasa tulisan dan bahasa percakapan tidak jauh berbeda. Bahasa buku pun jadi sangat akrab dan familiar. Sementara dalam bahasa Indonesia, bahasa formal dan percakapan berbeda (dan menurut saya pribadi, bahasa Indonesia formal itu puitis/literary) dan karenanya membacanya seperti ada jarak, tidak familiar seperti membaca buku berbahasa Inggris.
2. Beberapa terjemahan kata bahasa Inggris yang tidak tepat. Contoh: ada kata ‘mutu/kualitas’ yang saya perkirakan adalah terjemahan dari kata ‘quality’. Tapi dalam konteks ini seharusnya diterjemahkan sebagai ‘karakter/sifat’.
3. Penggunaan istilah yang tidak konsisten. Contoh : di satu tempat ditulis zat asam dan zat asam arang, di tempat lain ditulis oksigen dan karbondioksida.
4. Buku ini secara umum formatnya sudah terbilang ‘buku populer’ (menggunakan narasi/storytelling), tapi dengan banyaknya persamaan dan tabel, masih terasa terlalu teknis, meskipun tidak sampai level textbook. Karenanya, meskipun ilmu fisika/kimianya dasar saja, menurut saya hal ini menjadi ‘put-off’ bagi pembaca umum non-akademik.
Dalam bab pengantar dari editor, diceritakan bahwa KPG awalnya meminta buku ini steril dari rumus, tetapi pak Hans “menginginkan Dari Atomos Hingga Quark tetap diterbitkan sebagaimana adanya” lengkap dengan berbagai persamaan dan tabel. Menurut pemahaman saya, hal ini menyiratkan bahwa pak Hans ingin menjaga integritas ilmu yang ingin disampaikannya, yang akan berkurang jauh jika tidak ditulis lengkap tanpa rumus dan penjelasannya. Ia tidak ingin ‘dumbing down the science”.
Meskipun begitu, pak Hans sempat menjanjikan untuk menulis buku serupa yang tidak menampilkan rumus, supaya lebih bisa dibaca umum, tetapi kesehatannya memburuk setelah didiagnosa penyakit kanker darah, sehingga tidak sempat mewujudkannya sampai beliau meninggal di awal 2005.
Mungkinkah ada penerus pak Hans yang akan mewujudkan buku “Dari Atomos Hingga Quark” versi lebih populernya?
Siapa tahu, kita boleh berharap.