Genre nonfiksi naratif muncul di tahun 60an, ketika nonfiksi disampaikan dengan menggunakan teknik menulis fiksi, seperti penokohan, dialog, dll. Ketika baru muncul genre ini dinamakan New Journalism. John McPhee adalah salah satu pionir genre ini, dengan kekhasannya yang lebih fokus ke deskripsi karakter yang detail dan penggambaran situasi yang dinamis.
Sebagai profesor jurnalistik, sejak tahun 70an McPhee juga mengajar kelas menulis nonfiksi di almamaternya, Princeton. Murid-muridnya banyak yang kemudian menjadi penulis dan editor kawakan. Banyak yang bersorak ketika akhirnya pada tahun 2017 McPhee menerbitkan buku ini, tentang proses menulis nonfiksi naratif.
Draft No.4: On the Writing Process
John McPhee
Farrar, Strauss and Giroux (2017)
192 hal
John McPhee adalah penulis, jurnalis senior, dan dianggap salah satu pionir genre nonfiksi kreatif/naratif. Ia mengawali karir di majalah Time, tapi lalu pindah ke The New Yorker dan menjadi kontributor tetap di sana sampai saat ini. Ia telah menerbitkan puluhan buku, yang isinya banyak memasukkan tulisan-tulisannya di The New Yorker. Empat kali karyanya menjadi finalis Pulitzer Prize, dan memenangkannya pada tahun 1999.
Buku ini merupakan kumpulan 8 esai tentang proses menulis yang pernah dimuat di The New Yorker, yang membahas Progression, Structure, Editors & Publishers, Elicitation, Frame of Reference, Checkpoints, Draft No.4, dan Omission.
Progression membahas tentang bagaimana merencanakan sebuah tulisan, berangkat dari ide. Bagaimana ide itu akan diekspresikan? Seperti apa penyampaiannya? McPhee mencontohkan ketika ia membuat tulisan tentang profil seorang aktivis lingkungan. Itu titik awalnya, tapi ia ingin mengangkatnya dalam sebuah drama. Ia perlu protagonis, antagonis, setting, dll. Kemudian dalam membuat tulisannya ia mempertemukan mereka dalam sebuah perjalanan menyusuri sungai. Tentu saja dramanya benar-benar terjadi di depan mata, dan McPhee menjadi saksi yang menyampaikannya lewat tulisan.
Structure mengeksplorasi kerangka tulisan. Ternyata struktur cerita itu nggak lurus-lurus aja. Nggak cuma kronologis, nggak cuma maju mundur, tapi ada juga yang melingkar, spiral, dll. Semua tergantung bagaimana si penulis merencanakan jalan ceritanya. “Kita bisa membuat struktur tulisan yang kuat, kokoh, dan kreatif, sehingga pembaca tetap betah membuka halaman demi halaman. Struktur nonfiksi yang memikat bisa punya efek yang sama dengan jalan cerita dalam fiksi.”
Yang paling menarik bagi saya adalah bab Checkpoints, yang bercerita tentang divisi fact-checking di majalah The New Yorker. Di jamannya, ketika belum ada Internet, semua fakta-fakta dalam tulisan harus dicek dulu satu-satu. Lewat telpon. Ke mana saja tergantung topik dan setting di dalam tulisan. Sampai menit terakhir sebelum harus naik cetak. Kok sampai sebegitunya? Karena nonfiksi haruslah NON FIKSI, semua faktanya harus dicek kebenarannya.
Wah luar biasa ya. Jadi miris kalau melihat nonfiksi jaman sekarang. Seperti yang dibahas di buku Thomas Foster yang lalu, sekarang begitu banyak nonfiksi yang isinya fiksi.
Sekarang istilah ‘creative nonfiction’ sudah dianggap biasa. Tapi dulu bakal dianggap gila. Nonfiksi kok kreatif? Apanya yang kreatif tentang nonfiksi?
Menurut McPhee, kreativitas dalam nonfiksi terletak pada apa yang kita pilih sebagai topik, bagaimana kita mengeksplorasinya, bagaimana kita mengekspresikannya, bagaimana kepiawaian kita mengangkat orang-orang yang terlibat sebagai karakter dalam tulisan, bagaimana ritme kata dan kalimatnya, keutuhan komposisi, dan lain-lain.
“Creative nonfiction is not making something up, but making the most of what you have.”
Kalau membaca sendiri buku ini, memang terlihat kepiawaian John McPhee dalam menulis nonfiksi naratif. Nonfiksi tentang cara menulis pun jadi seperti karya seni.