*Ini bagian kedua dari review komik Sapiens dari Riani Perdanasari, yuk kita simak!*
Bagaimana manusia primitif yang bisanya berburu, lalu menjadi penguasa dunia dan pergi ke bulan? Mengapa melakukan budidaya pangan malah mendatangkan banyak bencana bagi manusia, seperti kelaparan, penyakit, bahkan peperangan? Apa peran mitos dalam membentuk peradaban manusia?
SAPIENS – A BRIEF HISTORY OF HUMANKIND
VOL 2 – PILAR-PILAR PERADABAN
Penulis: Yuval Noah Harari
Adaptasi naskah: David Vandermeulen
Gambar: Daniel Casanave
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Di Sapiens volume pertama, sudah diceritakan bagaimana sejarah umat manusia, dari kemunculannya sampai ke kehidupan di periode pemburu dan pengumpul. Di volume yang kedua ini, Pak Yuval menceritakan bagaimana sapiens berkembang membentuk peradaban, sejak Revolusi Pertanian, sampai ke jaman modern sekarang ini.
Cerita dimulai bagaimana Sapiens beralih dari pemburu dan pengumpul, menjadi pembudidaya tumbuhan dan pendomestikasi hewan, yang disebut periode Revolusi Pertanian.
Manusia yang tadinya memburu dan mengambil makanan dari alam, mulai mengubah gaya hidupnya menjadi petani. Budidaya tanaman serta domestikasi hewan dilakukan di masa ini.
Dengan berubahnya cara hidup, tentunya terjadi perubahan pula dari sisi struktur tubuh manusia. Tubuh sapiens yang tadinya telah beradaptasi untuk berburu, menjadi beradaptasi dengan kegiatan pertanian.
Di periode ini juga terjadi ledakan populasi, dimana makanan yang tadinya harus diburu dulu, menjadi mudah tersedia. Akibatnya populasi makin banyak, otomatis makin banyak juga mulut untuk diberi makan dan diurus. Ini tentu melahirkan masalah yang lebih kompleks seperti wabah penyakit, kelaparan bahkan kekerasan.
Yang tadinya revolusi pertanian bertujuan untuk membuat hidup menjadi mudah, malahan membawa perubahan dengan cara yang tidak terbayangkan.
Mitos dan Manusia
Revolusi pertanian ini bikin manusia yang tadinya berpindah-pindah, menjadi terikat pada desa dan tanah, alias menetap. Disinilah lahir konsep kepemilikan, yang dalam periode pemburu pengumpul tidak dikenal. Di periode ini, manusia memiliki ladang, hewan dan bahkan manusia lain sebagai budak. Hal ini membuat sapiens menjadi egois. Ehh…ini punya gueee… gitu kali ya, hehe.
Selain itu, bertani juga melahirkan rasa stress pada petani, yang mencemaskan ladangnya tidak panen dengan baik yang disebabkan oleh iklim ataupun wabah hama. Juga penyerobotan tanah oleh petani yang lebih kuat. Inilah asal muasal penyusun negara, dimana elite dan penguasa bermunculan. Dan akhirnya kota-kota membentuk Kerajaan. Mulailah bermunculan peradaban-peradaban baru, seperti Oase Yerikho, Mesopotamia, Lembah Sungai Nil, dan Kekaisaran Romawi.
Pertanyaannya, gimana cara manusia membangun peradaban? Yang membuat manusia bisa membangun peradaban adalah, mempercayai MITOS bersama.
Mitos bisa menjadikan jejaring kerjasama, yang meski pada kenyataannya tidak selalu bersifat egaliter dan sukarela. Kebanyakan jejaring didasarkan pada penindasan dan eksploitasi. Norma sosial yang mempertahankan keberadaan para penguasa imperium ini bukan didasarkan naluri atau hubungan pribadi, namun kepercayaan akan mitos bersama. Pak Yuval mencontohkan : Imperium Babilonia dengan Undang-undang Hamurabi-nya, dan Deklarasi Kemerdekaan AS. Walaupun keduanya mendeklarasikan keadilan dan kesetaraan, pada kenyataannya, saat itu di AS sendiri, masih ada perbudakan. Jadi mitos ini diciptakan bukan secara obyektif namun membantu menjaga Masyarakat dalam kondisi baik. Hukum, HAM, Korporasi maupun uang juga mitos, yang bersifat intersubyektif, dan menjadi pembentuk sejarah yang paling penting.
Hal selanjutnya yang dibahas adalah birokrasi. Dimana pada peradaban yang lebih kompleks, bangsa Sumeria menemukan cara untuk merekam data dengan menemukan tulisan dan angka. Juga diikuti oleh Mesopotamia, Mesir dengan Hieroglifnya, Tiongkok dan suku Indian. Dan tulisan ini mengembangkan birokrasi dalam peradaban manusia.
Hal lain yang didiskusikan di buku ini adalah mengenai perbudakan, kesetaraan jender, hak asasi manusia dan rasisme. Mengapa Sapiens yang berciri fisik kuat cenderung menempati hierarki yang paling bawah? Mengapa budaya patriarki masih kuat dalam masyarakat kita? Semua dibahas di buku ini.
Menarik ya? Supaya tidak penasaran, baca sendiri buku keren yang membuat kita jadi banyak merenung ini. Yuk!
-Riani-