*Mengapa tiba-tiba banyak orang awam mengaku sebagai pakar di medsos?*
The Death of Expertise: The campaign against established knowledge and why it matters
Tom Nichols
Oxford University Press, 2017
Kalau ada satu hal yang perlu disyukuri dengan adanya pandemi Covid saat ini, hal itu adalah kembalinya kepercayaan publik pada otoritas kedokteran. Memang masih ada suara sumbang di sana-sini, tapi setidaknya kritik lebih diarahkan kepada masalah administrasi penanganan pandemi, bukan pada ilmu sains yang telah menolong kita menghadapi covid. Mudah-mudahan ke depannya, sains jadi lebih diminati oleh mayoritas masyarakat, sehingga apa yang dikeluhkan oleh buku ini bisa dikoreksi.
Buku ini mengeluhkan salah satu fenomena yang terjadi di zaman internet sekarang, yaitu hancurnya kepercayaan terhadap para ahli, berganti dengan kepercayaan terhadap para seleb. Bukan cuma seleb artis yang tiba2 jadi penceramah setelah ‘hijrah’ ya, tapi juga seleb medsos alias siapa aja yang suaranya galak walaupun isi opininya sampah. Dan masyarakat awam berbondong2 mempercayai apapun kata para seleb ini, bahkan sampai pada taraf menghujat dan menjelekkan orang yang benar2 ahli di bidangnya. Pada taraf yang lebih parah lagi, bidang keilmuannya sendiri jadi sasaran: dianggap ilmu palsu. Inget serangan Tom Cruise terhadap ilmu psikologi yang dianggap ‘ilmu jadi2an’?
Kenapa sih kok bisa sampe begitu? Pak Nichols berpendapat penyebabnya ada tiga: sistem pendidikan yang ngawur, internet yang kebablasan, dan media massa yang tidak bertanggung jawab.
Sistem pendidikan ngawur, karena sekarang orang punya ijazah bukan berarti dia berpendidikan, tapi sekadar berarti dia sudah selesai membayar semua administrasi sekolah. Sekolah bukan lagi institusi pendidikan, melainkan institusi komersil yang tujuannya mencetak lulusan sebanyak2nya. Orang memilih sekolah bukan karena ilmu yang diajarkan disana mumpuni, tapi karena ‘lulusannya cepat diterima kerja’ atau ‘karena kampusnya bagus’. Akibatnya ada banyak ‘orang bodoh berijazah’ berkeliaran di medsos, serasa tahu segala hal padahal cuma opini saja.
Internet, bukannya menjadikan masyarakat tambah cerdas, malah jadi tambah bodoh. Lho kok bisa? Justru karena kebanyakan informasi, masyarakat jadi pusing. Ga semua orang terlatih untuk menyaring sendiri mana informasi benar mana yang sampah. Akhirnya orang mengandalkan pengetahuan dan kepercayaan yang sudah dipegang sebelumnya. Kalau info dari orang yang dikenal langsung dipercaya. Kalau info dari orang yang tidak dikenal langsung ditolak, sevalid apapun infonya. Akhirnya semua punya standar kebenaran sendiri yang tidak bisa dikompromikan dengan kebenaran orang lain.
Media Massa mulai ngaco sejak nafsu untuk menayangkan berita se’live’ mungkin jadi salah satu penanda sukses sebuah media. Tak ada sensor, tak ada cek ricek. Yang penting tayang. Apalagi di zaman sekarang, media massa besar bersaing dengan citizen journalism yang lebih tak terkontrol lagi dalam kecepatan penayangan berita. Akibatnya berita2 provokasi dengan judul bombastis jadi makanan kita sehari-hari.
Terus bagaimana mengatasinya? Ya semuanya harus dibenahi. Mudah-mudahan, pandemi Covid betul-betul menjadi ‘blessing in disguise’ untuk masa depan manusia.