Tulisan nonfiksi itu membosankan! Eits, coba baca dulu buku ini, yang membahas tentang cara bercerita dalam penulisan nonfiksi: bagaimana menulis artikel yang memikat pembaca dari awal hingga akhir, ditulis oleh seorang ‘dokter cerita’ berpengalaman.

The Elements of Story: Field Notes on Nonfiction Writing

Francis Flaherty
HarperCollins (2009)
310 hal

Francis Flaherty adalah editor yang bekerja di divisi “Story Doctoring” untuk Business Section dan City Section di suratkabar New York Times.

Dalam buku ini ia berbagi tips-tips menulis nonfiksi dengan narasi yang memikat, berdasarkan pengalamannya puluhan tahun sebagai ‘dokter cerita’ di NYT.

Ada 50 tips (1 tip = 1 bab) yang dikelompokkan ke dalam 7 bagian:
1. A Human Face: tuliskan berita atau artikel itu dengan menghadirkan tokoh atau karakter manusia, lengkap dengan emosinya, agar pembaca bisa merasakan empati dan keterkaitan antara topik dalam artikel dengan dirinya. “People are the prism through which readers love to view the world. Put actors and not just talkers in your story.”
2. The Theme: penulis harus setia pada tema besar artikelnya, jangan sampai ceritanya melebar dan belok ke mana-mana. Ini termasuk pemilihan kalimat dan kata yang tepat sesuai tema.
“If you write a piece about football players in the locker room, and your theme is the muscular, animalistic nature of the scene, make their laughter rollicking, not loud, their horseplay bruising, not energetic, their laundry sweaty, not dirty.”
3. Motion: cerita yang baik itu seperti perjalanan singkat yang ‘gerak’nya bisa dirasakan oleh pembaca.
4. Artfulness: menulis artikel nonfiksi pun ada seninya, bagaimana penulis bisa ‘mengukir’ cerita memikat dari sesuatu yang biasa saja.
5. Truth and Fairness: menulis nonfiksi memang suatu seni, tapi syaratnya lebih ketat daripada fiksi, ada batasannya yaitu fakta dan juga perlu berlaku adil bagi pihak-pihak yang diangkat dalam artikel.
6. Leads and Other Article Parts: bagaimana menghasilkan pembuka artikel yang membuat pembaca bertahan membaca sampai akhir, dengan penutup yang memuaskan.
7. The Big Type: memilih judul dan subjudul yang menarik bukan urusan sepele.

Membaca buku ini saya jadi ingat mata kuliah Nirmana 2, ketika mahasiswa ditugaskan membuat karya bentuk dari seonggok tanah liat. Saya membayangkan bahwa menulis itu (ya, bahkan menulis nonfiksi) tidak jauh berbeda dengan bagaimana seorang seniman menguleni, memijat, menekan, mengukir onggokan tanah liat yang tidak istimewa, menjadi suatu karya seni yang indah.

Dari semua buku teknik menulis nonfiksi yang saya punya, ini buku favorit saya. Selain karena setiap babnya pendek jadi mudah dibaca, cara Flaherty menuliskannya sangat menarik, betul-betul terlihat pengalamannya sebagai dokter cerita. Buku ini layak (bahkan perlu) dikoleksi untuk para penulis nonfiksi wannabe seperti saya.