Mumpung Ramadhan, sepertinya cocok kalau saya posting review buku yang saya baca >4 tahun yang lalu :
The Forty Rules of Love: A Novel of Rumi
Elif Shafak
Penguin Books (2011)
368 hal
Buku ini ditulis oleh penulis perempuan asal Turki, Elif Shafak, yang katanya penulis bestseller internasional yang sering nulis buku fiksi bertema sufisme (saya jarang baca fiksi jadi kurang tahu).
Buku ini dibagi banyak bab yang masing-masingnya diceritakan melalui sudut pandang karakter-karakter yang berbeda. Karakter-karakter utamanya ialah :
1. Ella, seorang perempuan usia 40 yang tinggal di suburb Massachusetts, sudah berkeluarga dengan 3 orang anak.
2. Shams Tabriz
3. Rumi
Sisanya: The Master (Baba Zaman, kepala pondok tempat Shams tinggal di Baghdad), the novice (murid pondok Baba Zaman), Hasan the Beggar (yang ditemui & ditolong Shams di Konya), Desert Rose the Harlot (pelacur yang ditolong Shams), Suleiman the Drunk (pemabuk yang ditolong Shams), the Zealot (Sheik Yasin, kepala madrasah yang arogan dan menganggap semua Sufi sesat, sangat benci Shams), Sultan Walad (anak pertama Rumi), Aladdin (anak kedua Rumi), Kerra (istri Rumi), Kimya (anak angkat Rumi), Baybars the Warrior (tukang pukul yang barbar, ponakan Sheik Yasin), Husam the Student (salah satu murid Sheik Yasin yang akhirnya membelot jadi Sufi), the Killer (Jackal Head si pembunuh bayaran).
Buku dibuka dengan sudut pandang Ella, ibu rumah tangga dengan 3 anak, dengan suami dokter gigi sukses yang dicurigainya punya banyak affair. Setelah berumahtangga selama 20 tahun, meskipun ia menjalani perannya sebagai istri dan ibu yang baik, dalam hati ia merasa tidak bahagia, bahkan tidak tahu lagi apa itu “cinta”. “Love is only a sweet feeling bound to come and quickly go away,” katanya.
Ia baru saja mendapat pekerjaan sebagai part-time reader untuk sebuah penerbitan, dan tugas pertamanya ialah membaca draft novel “Sweet Blasphemy”, tulisan seorang Aziz Z Zahara, yang tinggal di Amsterdam.
Lalu diceritakan Ella mulai membaca buku tersebut (plotnya jadi paralel antara kehidupan Ella dan novel yang dibacanya).
Novel “Sweet Blasphemy” merupakan “fiksinisasi” kisah Shams Tabrizi dengan Rumi. Bukunya dibuka dengan kata-kata ini:
“Sufi mystics say the secret of the Qur’an lies in the verse of Al-Fatiha,
And the secret of Al-Fatiha lies in Bismillahirrahmanirrahim,
And the quintessence of Bismillah is the letter ba,
And there is a dot below that letter…
The dot underneath the B embodies the entire universe…
ب
The Mathnawi starts with B, just like all the chapters in this novel”
*ya betul..semua babnya dimulai dengan huruf B*
Buku “Sweet Blasphemy” sendiri dibagi atas 5 bagian besar :
Part 1 : Earth, the things that are solid, absorbed, and still
Menceritakan kehidupan Shams sebelum bertemu dengan Rumi. Meskipun sudah bertahun-tahun menjalani hidup sebagai sufi pengembara, ia merasa tidak lengkap dan membutuhkan kawan sejalan.
“God, all my life I traveled the world and followed Thy path. I saw every person as an open book, a walking Qur’an. I stayed away from the ivory towers of scholars, preferring to spend time with outcasts, expatriates, and exiles. Now I am bursting. Help me to hand Thy wisdom to the right person. Then Thou can do with me as Thou wish,” doanya.
Ia mendapatkan jawaban bahwa ia harus pergi ke Baghdad, ke pondok Baba Zaman. Di sana ia tinggal selama berbulan-bulan sampai Baba Zaman memberitahunya bahwa Maulana Rumi di Konya-lah orang yang dicarinya.
Part 2 : Water, the things that are fluid, changing and unpredictable
Menceritakan kehidupan Rumi sebagai ulama ternama di Konya sebelum bertemu Shams. Dalam perjalanan memasuki Konya sebelum bertemu Rumi, Shams menyentuh hidup Hasan si pengemis berpenyakit kusta, Desert Rose perempuan yang terjebak dalam pelacuran yang sebenarnya dalam hati terdalamnya ingin mencari Tuhan, Suleiman muslim pemabuk yang sering bertanya-tanya mengapa anggur diharamkan.
Part 3 : Wind, the things that shift, evolve, and challenge
Menceritakan pertemuan Shams dengan Rumi dan bagaimana hal itu mengubah kehidupan keluarga Rumi, dan mengundang berbagai gosip dan celaan terhadap Rumi dan keluarganya. Rumi yang terpandang mulai dijauhi karena banyak orang yang tidak suka terhadap Shams.
Part 4 : Fire, the things that damage, devastate, and destroy
Berbagai gosip seputar Shams dan Rumi tadi semakin intensif, kebencian semakin memuncak, bahkan dari murid-murid dan anaknya sendiri. Oleh mereka, Shams dianggap sebagai pengaruh buruk terhadap Rumi dan sudah merusak reputasinya. Padahal segala yang dilakukan Shams terhadap Rumi adalah ujian-ujian yang harus dijalani dalam perjalanan spiritual untuk melunturkan egonya. Di bab ini Rumi mulai menjadi whirling dervish.
Part 5 : The Void, the things that are present through their absence
Menceritakan ketika Shams mendadak pergi tanpa pesan, dan bagaimana patah hatinya Rumi karena hal itu. Patah hati membuat Rumi yang tadinya tidak suka berpuisi menjadi puitis dan menghasilkan puisi-puisi cinta dan rindu kepada the beloved. Sultan Walad mencari Shams berbulan-bulan hingga berhasil menemukannya di Damascus dan memintanya kembali ke Konya.
Singkat kata, di akhirnya Shams mati dibunuh sekelompok orang yang membencinya. Kesedihan Rumi kehilangan Shams sebagai spiritual companion ditumpahkan ke dalam puisi-puisinya.
Paralel dengan kisah novel “Sweet Blasphemy” ini adalah perjalanan Ella menemukan lagi arti ‘cinta’ lewat korespondensinya dengan Aziz si penulis novel.
==
Cerita kehidupan Ella sendiri saya nggak begitu suka, yang menarik buat saya adalah cerita Shams dan Rumi-nya. Karena bacanya berdekatan dengan event menggambar Inktober, saya sempat mengambil beberapa kutipan dari buku untuk dibuat ilustrasinya. Banyak sekali isi bukunya yang sangat menarik untuk dikutip.
Silakan dibaca, menarik untuk kontemplasi di bulan Ramadhan.