Cart

Your Cart Is Empty

The Man Who Solved the Market: How Jim Simons Launched the Quant Revolution

The Man Who Solved the Market: How Jim Simons Launched the Quant Revolution

image

Author

Ani

Published

Februari 7, 2024

CRAZY RICH LEWAT MATEMATIKA

Trading dengan menggunakan program komputer, model matematika, dan machine learning, jaman sekarang sudah umum. Tapi dulu tidak seperti itu. Buku ini bercerita tentang Jim Simons, matematikawan jenius yang merintis cara trading melalui quantitative analysis, dan firma Renaissance-nya yang menjadi firma investasi tersukses sepanjang sejarah Wall Street.

The Man Who Solved the Market: How Jim Simons Launched the Quant Revolution

Gregory Zuckerman
Penguin (2019)
336 hal

Jim Simons lahir di keluarga kelas menengah di Boston, dan sudah menunjukkan bakat logika matematika sejak kecil. Di umur 3 tahun sudah terpikir olehnya problem yang dikenal sebagai Zeno’s paradox. Dari kecil ia sudah bercita-cita menjadi matematikawan dan masuk MIT. Anak yang pintar, mudah bergaul, agak bandel dan senang bercanda, ia melewati masa sekolah dengan mudah, lalu melanjutkan ke MIT dan selesai dalam 3 tahun.
Ia melanjutkan PhD di Berkeley lalu menjadi pengajar di Harvard.

Pada dasarnya tidak bisa diam dan selalu butuh tantangan untuk dipecahkan, Simons berhenti mengajar untuk bergabung dengan Institute for Defense Analyses (IDA), tim intelijen pemecah kode rahasia masa Perang Dingin di Princeton. Di sanalah ia belajar membangun model matematika untuk menerjemahkan data, dan ternyata ia menyukainya. “I liked to make algorithms and testing things out on a computer,” katanya. Ia juga menyukai suasana kerja di IDA, yang berisi orang-orang brilyan, selalu penuh diskusi dan saling bertukar ide. Menurut direktur IDA, Simons ‘knows talents’, dia mengenali orang-orang ‘original thinkers’.

Simons mulai tertarik dengan trading sejak di Berkeley. Bekerja di IDA memberinya ide untuk menggunakan algoritma komputer dalam proses trading, sesuatu yang pada jaman itu (tahun 60an) masih belum terpikirkan di dunia finansial, kecuali oleh segelintir matematikawan. Tapi karena tidak punya modal, usaha itu tertunda, dan Simons kembali menekuni matematika, menelurkan paper bidang geometri, sambil tetap mengulik model matematika untuk memprediksi pasar saham.

Karena menentang Perang Vietnam, Simons diberhentikan dari IDA. Sempat terpikir olehnya untuk bekerja di Wall Street, namun datang tawaran dari SUNY Stony Brook untuk mengepalai departemen matematika di sana, yang sudah 5 tahun kosong.
Simons kemudian merekrut matematikawan2 top untuk mengisi departemennya. Bagi Simons para rekrut ini tidak hanya harus pintar, tetapi juga mesti ‘original thinkers’, seperti tim-nya di IDA. Stony Brooks menjadi universitas top untuk bidang geometri, dan Simons pun masa itu menelurkan paper penting bersama Shiing-Shen Chern, yang membawanya dianugerahi penghargaan dunia geometri.

Simons tidak pernah meninggalkan ketertarikannya akan trading. Maka ketika beberapa tahun kemudian ia mendapatkan keuntungan besar dari sebuah investasi, ia mulai memikirkan ‘petualangan’ baru: meninggalkan dunia akademik dan 100% terjun ke dunia trading. Dan itu akhirnya ia lakukan tahun 1978.

Simons memulai dari nol, dalam artian dia tidak punya latar belakang ekonomi, bisnis, atau finansial ketika terjun ke dunia pasar saham. Tapi ia percaya kekuatan matematika, data, dan komputer. Seperti di IDA dan Stony Brook, ia merekrut matematikawan2 brilyan untuk bekerja dengannya membangun program trading yang akan membawa profit yang stabil di tengah naik turunnya nilai saham. Perusahaan ini awalnya dinamai Monemetrics dengan fokus di pasar valuta asing dan hedge fund Limroy. Monemetrics lalu ganti nama menjadi Renaissance Technologies (RenTec). Limroy juga diganti dengan Medallion Fund, investasi yang eksklusif hanya untuk mereka yg bekerja di RenTec.

Beberapa nama yang berjasa besar dalam sejarah perusahaan RenTec adalah Lenny Baum (partner pertama, juga koleganya di IDA), James Ax (kolega di Stony Brook, penanggung jawab Medallion), Sandor Strauss (data scientist), Elwyn Berlekamp (pengganti Ax), Henry Laufer (mengubah sistem trading RenTec menjadi short term), Peter Brown & Robert Mercer (computer scientists ex-IBM yang melakukan terobosan2 penting bagi RenTec dan di masa depan keduanya menjadi co-CEO RenTec).

Pasca bergabungnya Brown & Mercer, nilai Medallion terus naik dengan profit tinggi, bahkan sempat melonjak naik hingga 98.5%. Tahun 2010 Simons menyerahkan kepemimpinan RenTec kepada Brown & Mercer. Semua yang bekerja di RenTec menjadi jutawan dan miliarder. Crazy rich.

Lalu bagaimana para crazy rich ini menggunakan uangnya?

Jim Simons, seorang akademik dan guru, yang tahu pentingnya sains, matematika, dan pendidikan STEM yang berkualitas, yang pernah cross country semasa mudanya hingga ke Amerika Selatan dan bertemu dengan banyak kaum menengah ke bawah dan juga kulit hitam yang tertindas, mendirikan Simons Foundation yang mendanai riset autisme, mendirikan observatorium yang berusaha mengungkap misteri semesta, memberi subsidi bagi guru-guru matematika berprestasi, dan mendanai badan-badan riset di berbagai universitas.

Sementara Robert Mercer, yang sejak muda punya pandangan-pandangan politik yang ekstrim (meskipun tidak mengganggu pekerjaannya di RenTec), sayangnya, adalah donatur yang sangat bertanggung jawab akan naiknya Trump menjadi presiden. Ia mendanai media far-right Breitbart, konsultan Cambridge Analytica, dan membantu Nigel Farage dengan kampanye Brexit-nya. Karena aktivitas pribadinya ini mengundang protes dan membuat banyak investor menarik dana dari RenTec, akhirnya Simons meminta Mercer mundur tahun 2017.

Saya jadi ingat yang pernah saya tulis tentang privilege di review buku Frederick Olmsted. Betapa berbedanya efek privilege yang digunakan untuk selfless vs selfish goals.

Gregory Zuckerman, jurnalis Wall Street Journal berpengalaman, berhasil menulis tentang Jim Simons dan sejarah RenTec-nya yang terkenal misterius, lengkap dengan intrik dan dramanya, dengan cara mewawancarai ratusan narasumber yang membuatnya bisa merangkai cerita yang (relatif) utuh dan mengalir.

Recommended untuk yang tertarik topik finance dan trading.

Join Us

Book

O Latte

Follow IG untuk membaca review kami

Join Us on Spotify

Our Location

My Place

The place I like the most

Get Direction