Cart

Your Cart Is Empty

Uncle Tungsten: Memories of A Chemical Boyhood

Uncle Tungsten: Memories of A Chemical Boyhood

image

Author

Ani

Published

Juni 9, 2024

Kalau membaca tulisan-tulisan dokter Oliver Sacks, tidak heran kalau suratkabar The New York Times menjulukinya “sastrawan ilmu kedokteran”. Meskipun bercerita tentang kasus-kasus medis, Sacks selalu menuliskannya layaknya sebuah prosa sastra dengan rasa bahasa yang indah namun tetap memikat untuk diikuti meskipun banyak istilah medis di dalamnya.

Bukunya kali ini bukan tentang kasus neurologi, melainkan memoar cerita hidupnya sampai usia remaja. Namun uniknya, isinya lebih banyak bercerita tentang passion masa kecilnya akan sains, utamanya kimia. Jadi di dalamnya banyak bercerita tentang sejarah kimia dan seluk beluk berbagai unsur kimia. Karenanya bagi saya, buku ini tepat jika disebut sastra kimia.

Uncle Tungsten: Memories of A Chemical Boyhood

Oliver Sacks
Vintage Books (2001)
337 hal

Buku ini bercerita tentang masa kecil Oliver Sacks hingga usia remaja di Inggris jaman seputar Perang Dunia II. Sacks lahir di London tahun 1933, di keluarga dokter. Ayahnya seorang dokter umum, ibunya dokter bedah spesialis obgyn. Namun cerita masa kecilnya tidak hanya seputar keluarga intinya saja, namun lebih jauh lagi yaitu keluarga besarnya (yang sangat besar). Kakek dari ibunya adalah imigran Yahudi asal Rusia, yang melarikan diri dari wajib militer, merantau ke Prancis, Jerman, dan akhirnya di pertengahan abad 19 pindah ke Inggris bersama keluarganya (saya mikir, untung mereka nggak menetap di Jerman).

Kakeknya ini pekerja keras yang punya keingintahuan besar. Meskipun pekerjaannya adalah tukang sepatu, lalu penyembelih kosher, dan pedagang bahan makanan, namun punya ketertarikan besar akan sains dan juga spiritual. Kakeknya senang membaca, bahkan menerbitkan koran sendiri selama beberapa tahun. Ia suka belajar matematika, juga ilmu penerbangan yang waktu itu sedang naik daun bahkan sempat berkorespondensi dengan Wright brothers. Tapi yang paling menarik baginya adalah ilmu optik dan penemuan lampu, sampai taraf menjadi inventor beberapa macam lampu di akhir abad 19. Wah berarti kakeknya ini polymath ya.

Nah karena sang kakek sangat tertarik pada sains, ia pun sangat peduli akan pendidikan anak-anaknya (yang ada 18!), dan mendukung mereka, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mempelajari sains. Anak-anak lelakinya memang kemudian rata-rata tertarik ke matematika, fisika, dan kimia, sementara anak-anak perempuannya cenderung ke biologi, kedokteran, ilmu pendidikan dan sosial. Ibu Oliver Sacks sendiri awalnya tertarik pada kimia, tapi lalu ganti mempelajari anatomi dan kedokteran.

Uncle Tungsten, yang menjadi judul buku ini, adalah kakak dari ibunya. Namanya sendiri tentunya bukan Tungsten, melainkan David, namun Sacks menjulukinya seperti itu sebab uncle Dave adalah seorang ahli kimia yang kemudian mendirikan perusahaan filamen lampu berbahan tungsten. Uncle Dave membuat Sacks yang memang sudah sejak kecil tertarik akan logam, semakin dalam pengetahuannya tentang perlogaman, dan lebih luas lagi, tentang kimia.

Bagian besar buku ini beneran cerita tentang kimia lho! Sacks bercerita tentang unsur-unsur kimia, garam-garam kimia, bijih mineral, kristal, asam, basa, sifat radioaktif, sejarah dan penemuan-penemuan kimia dll dsbnya dengan sangat fasih, dalam bentuk storytelling, nggak kayak textbook lho ya. Sampai saya mikir “Ini buku nggak kayak ditulis sama dokter neurologi.” Haha!

Dari cara Sacks bercerita tentang kimia, pembaca bisa menangkap betapa intens dan fokus anak ini (iya, obsesi Oliver kecil akan ilmu kimia ini berlangsung sekitar usia 8 sampai 15 tahun) akan passionnya terhadap kimia. Bahkan ketika Oliver punya hobi baru yaitu fotografi pun, pemicunya bukan karena dia senang motret, melainkan senang bereksperimen dengan proses kimia pencetakan fotonya! Keluarganya pun mendukung passionnya ini. Oliver kecil diajari berbagai eksperimen kimia dan fisika oleh paman-pamannya (tidak hanya Uncle Dave yang ahli kimia), disediakan laboratorium kecil di gudang belakang rumah untuk dia bereksperimen (termasuk eksperimen yang meledak-ledak, ya ampun).

Seperti yang saya sebutkan di awal, bagaimana Oliver Sacks bercerita tentang kimia membuat buku ini layak disebut sastra kimia. Cerita tentang unsur-unsur kimia dan tabel periodik bisa begitu dramatis, puitis, dan menyentuh emosi. Bagi Sacks, setiap unsur di tabel periodik seperti nada-nada musik. Bagi Sacks, setiap unsur kimia seperti teman-teman yang ia kenal baik, yang masing-masing punya sifat dan karakter unik, yang memicu empati. Seperti misalnya, “Kadang aku merasa seperti para gas mulia, yang kubayangkan kesepian, terpencil, namun mendambakan ikatan. Tak mungkinkah mereka menyatu dengan unsur lain?”

Namun dukungan orangtuanya meluntur sekira usia Oliver 15 tahun, karena memang sebenarnya sejak awal ia diharapkan menjadi dokter, seperti orang tua dan kakak-kakaknya. Diceritakan suatu insiden di mana Oliver sedang cerita panjang lebar tentang unsur Thallium, dan ayahnya membentaknya untuk berhenti. Sejak itu antusiasme Oliver berkurang dan mengikuti keinginan orangtuanya, menjadi dokter. Ya, Oliver Sacks juga memang mencintai profesinya sebagai dokter (“I’m addicted to my patients, I can’t do without them,” katanya dalam satu wawancara), tapi kecintaannya pada kimia tidak pernah luntur. Kalau mengunjungi websitenya, di halaman “About” terpampang fotonya bersama tabel periodik dan koleksi batu-batu mineralnya. https://www.oliversacks.com/about-oliver-sacks/

**

Sudah 4 buku tulisan Oliver Sacks yang saya baca, dan sejauh ini buku inilah favorit saya. Menarik sekali membaca kehidupan keluarga besar Sacks yang sangat science-oriented, yang membina rasa ingin tahu akan fenomena-fenomena alam dan manusia, dan dalam prosesnya memelihara rasa kagum pada semesta dan seisinya. Bahkan di akhir-akhir buku, cerita Sacks tentang sejarah kimia juga menembus fisika kuantum dan akhirnya matematika.
“Divine mathematics… it now seemed to me, was everywhere apparent.”

Kalau hanya satu buku Oliver Sacks yang boleh saya rekomendasikan, saya pilih buku ini. Semoga teman-teman berkesempatan membacanya suatu hari.

-dydy-

Join Us

Book

O Latte

Follow IG untuk membaca review kami

Join Us on Spotify

Our Location

My Place

The place I like the most

Get Direction